Trip ke Singapore kemarin adalah kedua kalinya gw solo
travelling. Solo travelling pertama lebih karena terpaksa, jadi tidak ada
pilihan lain. Tujuannya waktu itu ke Penang dan Kuala Lumpur. Sementara
travelling kedua kali ini, memang niat untuk jalan sendiri. Tujuannya pun dipilih
yang familiar dan tidak jauh-jauh banget, dan ramah terhadap solo traveller.
Iya, singapore lah destinasi terdekat dan paling cocok buat jalan sendirian.
Well, awalnya sebenarnya tidak bisa dibilang mulus. Hampirr
saja ketinggalan pesawat dan mengalami huru-hara pre departure panic, dan
begitu sampai di Singapore, hari sudah gelap ditambah hujan deras! Parahnya, I
dont familiar with the hostel, jadi takut nyasar. Malam-malam, kedinginan
karena hujan deras, gelap, dan I dont know the direction, plus sendiri pula.
Klo nyasar ada temennya sih masih mending, nyasar sendirian malam-malam itu
jangan sampe! Jadi, beberapa kali gw bolak-balik gedung maxwell chambers just
to make sure that I took the right direction. Udah jalan sampe pojok, gak
yakin, balik lagi ke station dan ambil arah yang berbeda. Udah jalan di arah
yang berbeda, balik lagi ke station, ambil arah yang sebelumnya. Untungnya,
karena hujan, ga ada orang yang ngeh dengan gaya gw yang macam sterikaan,
bolak-balik jalan yang sama berkali-kali. Untungnya lagi, jalanan tidak seseram
yang gw bayangkan. Walaupun gelap dan sepi, tapi masih ada beberapa mobil lalu
lalang. Petunjuk untuk mencapai hostel pun cukup jelas, jadi jalannya mudah
ditemukan.![]() |
Branca, me and Sarah :) |
Gw mengambil tempat tidur di female dorm yang isinya 10 orang.
Jadi 1 kamar, diisi 10 orang, khusus cewek semua. Lucky me, I found great dorm mates.
Di malam pertama gw sampe di hostel, I got a dinner with my roommates, named
Branca, a serbian girl who currently teaching english at Songkhla, some little
city near Hat Yai, Thailand. Malam berikutnya, I met Sarah, a florist from
Malaysia. Mereka seruuu sekalii. Kita bicara banyak hal, mulai dari kerjaan,
urusan pacar, jomblo’s story (Branca dan gw masih single, while Sarah going to
marriage next year), how’s life in our country (jadi tahu kalau kehidupan di
Serbia yang lokasinya di Eropa sana itu, sebenarnya gak beda jauh dengan
Jakarta), sampe hal-hal konyol yang ga penting. Branca bahkan ngajakin gw dan
Sarah untuk pretending to be Marina Bay Sands guest karena dia punya kunci
kamar Marina Bay Sands yang ga dibalikin sama pemiliknya, hahahahahha. Jadi,
kita bertiga harus pasang tampang sok cool dan merasa punya kamar di MBS, trus
naik lift yang ada orangnya, karena kita ga bisa naik lift tanpa kartu (sama
kayak di Hyatt Jakarta.. lu hanya bisa naik ke lantai dimana kamar lu berada), dan
tadaaaa sampai di puncak marina bay for free. Such a plan! Hahahaha. But at the
ends, nobody has chance to try that, hehehee.
Selain dapat temen baru yang asik-asik, gw pun sangat-sangat
menikmati jalan ke mana aja semau gw, Meng-cancel plan yang sudah gw rencanakan
sehari sebelumnya, just because I felt sleepy dan malas (which is sooo me,
hehehe). Kebayang kalau gw jalan sama temen gw, trus tiba-tiba gw bilang: ‘Eh,
gw gak ikut ya jalan ke esplanade, malas nih, ngantuk!’ –hadeziiiiiiing,
mungkin sandal akan melayang ke muka gw atau minimal si temen bakal cemberut
setengah mati kali ya. Masih mending klo cemberut doang, klo abis itu ngambek dan ga temenan lagi gmana? jangan sampe deh!
Kalau jalan sendiri, mau tidur keq, mau jalan keq, mau seharian
nongkrong di hostel keq, gak bakal ada yang complain, wuenak kan? Sepanjang
jalan pun gw jadi ababil sangat. Pas ke Marina barrage contohnya, niat cuman
menghabiskan waktu sampai matahari terbenam, ehh kebablasan malah hampir sampai
jam 9 malam. Itu karena gw udah pewe banget spend the time di marina barrage
jadi malas kemana-mana. Padahal sebelum ke marina barrage itu, udah niat klo
mau mampir ke MBS, demi melihat garden by the bay di waktu malam. Pas di bus
menuju marina bay station pun, gw masih ga yakin, mampir MBS atau langsung
pulang ke area chinatown. Akhirnya berhubung gw udah malas jalan-jalan dan
pingin selonjoran, pulang adalah jalan terbaik. I can easily change my plan,
tergantung mood gw, klo gw jalan sendiri. Klo rame-rame, ini gak mungkin
dilakukan. Atau mungkin, tapi setelah melalui perdebatan panjang dari banyak
kepala :D
Satu-satunya hal yang paling bikin gw bete klo jalan sendiri
cuma satu: susaaaah klo mau foto-foto! Rasanya iriiii banget klo liat
orang-orang yang travelling bareng sama temennya lagi foto-foto dengan segala
macam pose. Tinggal pose, jeprat-jepret, kelar. Sementara gw, paling banter klo
mau foto, mesti nongkrong di sudut incaran dimana gw mau difoto, noleh kanan
kiri nyari orang yang kira-kira mau motoin, ngajarin orang tersebut cara make
kameranya, lari ke sudut incaran untuk berpose, dan cheers-jepret! Belum
selesai sampai disitu, gw mesti cek dulu hasil fotonya, klo kurang OK, biasanya
gw akan mengulangi ‘prosedur’ diatas sekali lagi dengan korban, eh maksudnya
orang yang mau motoin yang berbeda.
Tapi, travelling sendiri so far hanya bisa gw lakukan di
tempat-tempat yang gw cukup familiar dan gw yakin aman untuk travelling sendiri.
Kenapa gw berani ke Singapore sendiri? Karena gw sudah cukup sering ke kota ini
jadi cukup familiar dengan jalan-nya, sistem transportasinya, so biarpun
sendiri, I dont have any problem. Beda
klo ke tempat baru, gw prefer jalan dengan temen sih, jadi klo nyasar, at least
ada barengannya. Dan, di tempat baru, kadang saking bingungnya, lebih sering
berakhir dengan naik taxi kan. Demi alasan pengiritan dan efisiensi biaya, naik
taxi rame-rame dengan teman itu jauuh lebih OK daripada sendiri lhooo. Buat gw
sih, klo lagi solo travelling, taxi itu haram hukumnya. Bisa bangkrut seketika!
Mengutip kata-kata si nonaransel, gw setuju banget dengan
apa yang dia bilang klo every woman should try to go for solo travelling at
least, once in her life. Its not compulsory, but its necessary.
Indeed!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar