
Tapi, on my last trip to Phuket dua bulan lalu, gw sengaja
untuk stay di Phuket Town instead of Patong. Untuk diketahui, most of the
traveller kalau berkunjung ke Phuket memang akan lebih memilih untuk stay di
Patong daripada di Phuket town. Simple saja alasannya, Patong itu jauh lebih
ramai daripada Phuket town. Pas waktu gw bilang ke orang travel agent kalau gw
akan stay di Phuket town, komentarnya ‘Nothing to see, only for sleep’
hahahahaha. Satu-satunya keuntungan stay di Phuket town menurutnya adalah,
lebih dekat menuju ke Phi-Phi Island. Ya iyalaahh, secara dermaganya adanya di Phuket
town, hehehe.
Tapi, out of my expectation, gw ternyata cukup menikmati
kota Phuket yang konon katanya ‘sepi’ itu. Gw memang tipe traveller yang lebih
suka menjelajah kota dan segala pernak-perniknya, rather than explore nature. Berkelana
memetakan arah, ‘blusukan’ ke gang-gang kecil, kadang-kadang malah membawa kita
ke tempat-tempat tersembunyi yang jauh dari keramaian. Itu jauuuh lebih menarik
buat gw. Jadi ke Phuket sebenarnya bukan karena pingin menikmati pantainya yang
indah itu, tapi lebih pingin tau tentang kotanya. Penasaran, se-‘sepi’ itukah
Phuket town?
Hmmm, menjelajah Phuket town dengan berjalan kaki memang
tidak susah. Hanya butuh sekitar 2-3 jam saja sebenarnya. Tapi gw dan temen gw
waktu itu menghabiskan waktu hampir seharian, dari pagi sampai sore, hehehe.
Tentunya dengan type jalan ala kita ya, jalan semeter-dua meter, klik, ambil
foto dulu. Jalan semeter-dua meter lagi, eh ada yang jualan makanan, mampir
dulu. Jalan semeter lagi, pegel, duduk dulu, hahahah. Yang harusnya bisa
dijelajahi dalam 2 jam, bisa jadi 5 jam, hehehe. Tapi buat gw, its the best way
to explore the town! And not to mention, that its FREE! No need to join the
tour which gonna cost you more than 1000bath (like what you spend for Phi-Phi...), cukup berbekal peta
and ready to get lost!
Bagian yang menarik dari Phuket town adalah daerah kota
tuanya yang masih mempertahankan bangunan-bangunan (which they called )
sino-portugis. Tapi, kayaknya lebih
banyak dipengaruhi oleh gaya chinese. Konon,
Phuket town dulu adalah kota yang ramai dengan berbagai etnis dan menjadi pusat
perdagangan karena merupakan daerah pertambangan, namun lama-lama mulai ditinggalkan
setelah pertambangan ditutup dan sekarang menjadi area kota tua Phuket.
Berbagai etnis yang ada di Phuket town inilah yang membuat kota tua jadi
menarik, karena perbaduan culturenya membuat Phuket menjadi kota yang ‘kaya’.
Menjelajahi kota tua Phuket town gw merasa seperti ‘terlempar’
ke beberapa puluh tahun lalu, dan somehow it reminds me of Penang! Di area kota
tua yang agak mirip chinatown ini berjejer puluhan ruko atau rumah yang mungkin
sudah berumur ratusan tahun. Hebatnya, mereka benar-benar menjaga
bangunan-bangunan ini. Beberapa sudah dialih fungsikan sebagai cafe atau
hostel, dan beberapa cafe dengan bangga memajang ‘umur’ mereka yang
menunjukkan eksistensinya. Selain cafe dan hostel, di sepanjang jalan ini juga
banyak gw lihat toko-toko yang menjual pakaian dan batik. Pas ngobrol sama
salah satu pemilik toko, mereka dengan jujur bilang kalau batik yang mereka
jual itu salah satunya diambil dari Indonesia. Si putri pemilik toko malah
bilang terus terang ‘My mom often go to Jakarta to buy batik. Your batik is
very nice. A lot of people love batik’. Jadi, agak hati-hati ya kalau belanja
batik disini, salah-salah bisa jadi batiknya dari mangga dua atau tanah abang,
heheheh.
![]() |
Camilan sweet candy ala phuket |
Ada satu area yang akan dengan mudah kita kenali karena
warna pink-nya yang mencolok, disebut soi rommance, dulu merupakan area ‘red
district’ sekarang berubah fungsi menjadi cafe dan art gallery. Satu lagi
contoh bagaimana konservasi bangunan-bangunan tua ini bisa menjadi salah satu
daya tarik wisata yang tidak hanya menarik bagi traveller, tetapi juga bisa
berfungsi sebagai alat bantu ekonomi untuk local people.
Oiya, di sepanjang jalan ini juga ada warung malaysia yang
bertanda halal. Entah apakah mereka cukup nasionalis atau memang part of
promotion malaysia tourism, tapi di sepanjang dinding warung ini yang dipajang semuanya berkaitan
dengan Malaysia, hahaha. Si Bapak pemilik warungnya ramah dan baik banget, dia
bolak-balik nanya ke kita just to make sure semua orderan kita sudah keluar dan
gak ada yang kurang. Waktu ada foreign tourist mampir ke warung itupun, dia
dengan telaten ngasih penjelasan ke si tamu tentang makanan yang ada. Dan ada
foto salah satu seleb Indonesia yang juga dipajang di warung ini. Tiap kali ada
tamu dari Indonesia, si pemilik warung langsung dengan bangga menunjuk ke foto
seleb itu sambil nanya ‘Do you know this person? Hahahha’ Duh! *langsung pasang
muka lempeng dan pura-pura gak kenal*
Dan highlight dari trip berkeliling kota yang gemporin kaki
ini adalah tak lain tak bukan, ON ON Hotel! Yang pernah nonton film The
Beach-nya Leonardo Dicaprio pasti tau, ini hotel yang dipakai nginep si Richard
(diperankan oleh Leo) di film tersebut. Terkenal dengan gaya bangunan
sino-colonial, hotel ini menggambarkan gaya bangunan unik khas kota Phuket pada
jamannya. Tidak disarankan untuk menginap di Hotel yang entah sudah berapa
tahun umurnya ini, karena dari luar juga terlihat kusam dan sepi. Sekarang ini
ON ON Hotel sepertinya hanya terkenal karena embel-embel ‘The Beach’ saja,
namun tidak kompetitif untuk disebut sebagai hotel seperti namanya. Hmm, semoga
saja Hotel ini masih bisa dan akan terus bisa bertahan.
3 komentar:
Happy birthday
semoga semua yang dicita-citakan tercapai.
kuliah, karir, jodoh, london, etc.
Amin.
Hiiii...
whoever you are (why using anonim?), thank you!!
Happy birthday again
Posting Komentar