Gw percaya orang yang paling pintar (dalam kacamata gw)
adalah mereka yang suka membagi ilmunya, bukan mereka yang punya title CEO ato
punya anak buah ribuan. Sekian lama gw jadi corporate slave, daftar bos yang gw
akui pinter (dan juga gw admire) adalah mereka yang bersedia mengajarkan gw apa
yang mereka tahu. Dulu gw berpikir tiap orang pasti akan dengan senang hati
berbagi ilmu dengan sesamanya (tsaahh! Kliatan banget ya dulu gw naïf bener,
hahhhahaha). Tetapi semakin kesini, gw baru paham, gak semua orang mau dan bisa sharing ilmu dgn temen ato
team-nya. Reality bites, indeed.
Di awal-awal kerja, gw ketemu bos yang idealis banget. Kayaknya
beliau stress, ketemu team yang isinya orang-orang macam gw, gak punya time
management blas, hehe. Let’s admit it, pas awal kerja ya apa yang ada di depan
mata ya itu yang dikerjakan, toh? One day, si bos ngirim the four quadrant box
yang isinya membantu kita untuk differentiate what to do first. You know those Eisenhower
box, talking about which one is urgent and important. He sent it to all
employees disertai penjelasan how to use the box. Dan setelah itu, setiap kirim
imel dia reminds lagi ke semua orang, how to prioritize the job based on it’s
urgency/importance. Ok, gw ngaku, itu pertama kali gw bener-bener memahami arti
quadrant box ala Eisenhower. Di lain waktu, dia ngasih tau gw tentang ‘football
management’ concept, sebut saja begitu. Beliau mengibaratkan, kerja team itu
ibarat team sepakbola. You have to throw and kick the ball as soon as possible
in order to create a good rhythm within the team. Inget banget gw, pertanyaan klasik
si bos tiap ada issue yang dibahas ‘Bolanya sekarang di siapa?’ – jadi prinsip
beliau, kerjaan itu sama dengan bola. Semakin cepat lu lempar bola, semakin
bagus. Kelamaan handle suatu kerjaan, sama dengan lu pegang bola klamaan. Lawan
pasti dengan gampang membaca pola main lu, dan itu juga bisa merusak irama
permainan team. Just throw it. Do not keep the ball.
Taken from http://jamesclear.com/eisenhower-box |
Bersedia membagi ilmu bukan berarti you have to teach every single thing how to do the job to your people. Ga begitu juga. Share the way lu
handle an issue, share how you make a plan, be open and transparent with the
team. Itu juga salah satu cara sharing knowledge yang keren abis. Pernah suatu
kali ketika my supervisor replaced my manager as my bos, all he said was this :
Lu mau kerja kayak gimana, gw ga ada masalah.
Yang penting, kita kerja team. Dalam tim, kita mesti saling tau kerjaan satu
sama lain. Lu tau kerjaan gw, gw juga harus tau kerjaan lu. Jadi semua
informasi, sebisa mungkin gw akan share ke lu. In return, gw juga minta lu
melakukan hal yang sama. Jadi kita bisa saling back up. Klo gw ga ada, lu tau
apa pending issue gw. Klo lu ga ada, gw bisa take over kerjaan lu.
That’s it. Si bos cuman ngasih tau gitu doank. Sounds
simple, tapi he really did it. Dia selalu share semua info yang bisa dia share.
Begitupun gw, semua komunikasi yang gw lakukan, sebisa mungkin gw cc ke beliau.
We build trust and back up each other. Ketika bos ga ada, gw ga pernah
kesulitan menjawab pertanyaan temen-temen sales misalnya. Karena he share all
the issues with me. Ketika pun gw ga ada, bos tau mana yang urgent dan bisa
beliau take over. I felt that I can see around in 360 degrees, not just focused
into one angle only. Work is so much easier when you know where are you and
where you’re going to, don’t you think so?
Gw juga lebih appreciate bos yang when we face some issues, they willing to hear what we think. A simple question, 'what do you think?' itu buat gw jauh lebih berharga daripada sekedar telling me what to do. That way, I know how the boss way of thinking, their point of view, the way they react to an issues. Secara ga langsung, mereka berbagi ilmunya ke gw. Ilmu yang gak bisa gw dapatkan di bangku sekolah manapun.
Gw juga lebih appreciate bos yang when we face some issues, they willing to hear what we think. A simple question, 'what do you think?' itu buat gw jauh lebih berharga daripada sekedar telling me what to do. That way, I know how the boss way of thinking, their point of view, the way they react to an issues. Secara ga langsung, mereka berbagi ilmunya ke gw. Ilmu yang gak bisa gw dapatkan di bangku sekolah manapun.
But then, the more time you spent in a corporate world, the
more you will see mana sharing yang memang bisa lu absorb dan mana yang nggak.
Ada salah satu colleagues yang sharing ilmunya ke gw seperti ini : be really
good at something, so that no one can do the job as good as you. Be really
good, so when you are not around, people will notice. Make people needs you. Awalnya
gw mengamini pendapat ini, till I realize bahwa ini gak wise juga. Ibaratnya begini, suatu sore lu ngantuk. Mata udah lima watt,
tapi kerjaan masih banyak. Trus lu merasa butuh asupan kafein buat bikin lu
melek. Berangkatlah lu ke pantry, pengen bikin kopi, sampe lu sadar the most
important thing in the world : lu ga tau dimana OB kantor nyimpen kopi dan
gula. Penting banget kan itu buat lu disaat itu? Cilakanya pas OB kantor lagi
ga masuk daaaaan ga ada satu orang pun di kantor yang tau dimana sang OB biasa
nyimpen kopi. Mendadak lu jadi ngerasa OB lu tuh penting banget, just because
of that. Bayangkan jika, situasinya berbeda. Sang OB ga masuk kantor tapi dia
udah kasih tau orang-orang di kantor, tempat dia biasa nyimpen kopi, teh dan
gula, So, everytime he’s not around, orang kantor bisa help themselves. Which
one do you prefer?
Percayalah, some people looks smart not just because they
are really smart. But because they make the situation and it’s circumstances in
such a way so they look smart. You just have to differentiate that. Tapi,
memang ada beberapa case yang hanya orang-orang tertentu yang bisa. Misal, lu tau OB lagi gak masuk, dan lu
terpaksa bikin kopi sendiri, pake resep yang udah diajarin sama sang OB (airnya
jangan panas-panas, kasih sepertiga air dulu trus aduk, baru tambahin air lagi,
etc. Apalah itu ya, tiap orang punya cara favorit masing2 untuk menyeduh kopi
kayaknya...). But then, even lu udah ngikutin resepnya, knapa rasanya tetep
beda ya sama kopi yang biasa dibikinin ma sang OB? Maaaan, that’s what I call
expertise!
When you are really smart and deserved to be in a position,
lu gak akan ragu untuk share lu punya ilmu. Karena seperti sang OB, even if lu
share ‘resep’ lu, bukan berarti lantas semua orang bisa bikin ‘kopi’ as good as
you did. Buat gw ~ kacung kampret yang mengerjakan segala sesuatu dengan konsep learning
by doing ~ orang-orang yang mau berbagi ilmu ini adalah orang-orang luar biasa. I put my
utmost respect to this kind of people. I wish and really wish, I can meet more
people like this in the years to come.
*Catatan awal tahun. Bekasi, Jan 2016*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar